KETIDAKPASTIAN
PENGUKURAN
Aktivitas Manusia tidak pernah lepas dari
pengukuran. Pada saat mengisi bahan bakar di SPBU, kamu dapat melihat alat ukur
volume bahan bakar yang dibeli oleh konsumen. Ketika ke pasar, supermaket semua
kebutuhan sehari-hari selalu ada ukurannya : gula pasir 1 kg, minya goreng 2
liter, teh 100 gr, dan sebagainya. Apa yang akan terjadi jika tidak ada
pengukuran?
Ada banyak masalah yang akan terjadi
apabila di dunia ini tidak ada pengukuran. Kehidupan menjadi tidak tertib. Kamu
dapat membayangkan apabila jam pelajaran di sekolah durasi waktunya bebas
sesuka hati guru mata pelajaran. Pada saat masuk di SPBu dan konnsumen mengisi
bahan bakar sebanyak yang mereke inginkan maka kondisi SPBU akan menjadi kacau.
https://youtu.be/1s6UsJI6eGM
https://www.youtube.com/watch?v=gjzqk9LEWCI
https://youtu.be/1s6UsJI6eGM?si=aVg0dzVfT3dJ7WV1
Diskusikan teman-temanmu tentang berbagai pengukuran dan akibatnya jika tidak ada pengukuran.
Hasil pengukuran merupakan hasil dari
proses mengukur. Sementara mengukur adalah proses membandingkan benda yang di
ukur dengan alat ukur yang sesuai dan standar. Melalui pengukuran, kita dapat
memperoleh informasi baik berupa informasi kuantitatif maupun kualitatif.
Informasi inilah yang nantinya kita olah dan sajikan. Semua berawal dari
pengukuran. Ketidakpastian biasa juga di sebut kesalahan. Sehingga,
ketidakpastian pengukuran terkadang di sebutkan juga sebagai kesalahan
pengukuran.
Apa yang dimaksud dengan ketidakpastian
dalam pengukuran Mengapa bisa terjadi?
Ketidakpastian dalam pengukuran merujuk
pada ketidakpastian atau ketidaktepatan dalam hasil pengukuran yang di peroleh,
baik itu di sebabkan oleh ketidakakuratan instrumen pengukuran, variasi
pengukuran yang di hasilkan dari pengukuran berulang, atau ketidakpastian
lingkungan, atau faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
Ketidakpastian dapat terjadi karena
berbagai faktor, seperti ketidakakuratan instrumen pengukuran yang di gunakan,
variasi dalam lingkungan atau kondisi pengukuran, kesalahan manusia,
ketidaklengkapannya data yang di gunakan, atau ketidakpastian dalam kalibrasi
standar pengukuran.
Sebagai contoh, ketidakpastian pada alat
pengukur seperti thermometer dapat terjadi jika alat tersebut tidak
terkalibrasi secara tepat, sehingga hasil pengukuran suhu yang di peroleh
mungkin tidak akurat. Selain itu, ketidakpastian pengukuran juga dapat terjadi
jika objek yang di ukur berubah bentuk, ukuran, atau kondisi selama pengukuran.
Ketidakpastian dalam pengukuran
merupakan hal yang wajar dan umum terjadi dalam berbagai jenis pengukuran, dan
sangat penting untuk di pertimbangkan dan di kuantifikasi dalam analisis hasil
pengukuran. Oleh karena itu, untuk memastikan hasil pengukuran yang akurat dan
dapat di andalkan, perlu di lakukan analisis ketidakpastian dalam pengukuran
dengan memperhitungkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil
pengukuran.
Apa yang menyebabkan ketidakpastian
dalam pengukuran?
Ketidakpastian dalam pengukuran
disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa sumber ketidakpastian dalam
pengukuran, antara lain adalah:
1.
Ketidakpastian
pengukuran berulang (ketidakpastian acak):
Disebabkan oleh variasi hasil pengukuran yang dihasilkan dari pengukuran
berulang. Faktor yang mempengaruhi kesalahan pengukuran berulang adalah variasi
peralatan pengukuran, variasi operator, variasi lingkungan, dan variasi objek
yang di ukur.
2.
Ketidak pastian pengukuran
tunggal (ketidakpastian sistematis):
Disebabkan oleh ketidakakuratan atau ketidaktepatan instrumen pengukuran,
perubahan lingkungan, dan faktor-faktor lain yang menyebabkan pengukuran tidak
akurat atau tidak tepat.
3.
Ketidakakuratan
instrumen pengukuran:
Setiap instrumen pengukuran memiliki ketidakakuratan tertentu yang harus
diperhitungkan dalam pengukuran. Ketidakakuratan ini dapat disebabkan oleh
faktor seperti keausan, kerusakan, atau ketidaksesuaian kalibrasi.
4.
Ketidakpastian
lingkungan:
Pengukuran yang dilakukan dalam lingkungan yang tidak stabil dapat menyebabkan
ketidakpastian dalam pengukuran. Faktor-faktor lingkungan seperti suhu,
kelembaban, dan tekanan dapat mempengaruhi hasil pengukuran dan menyebabkan
ketidakpastian. Contohnya adalah fluktuasi suhu atau kelembaban yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran.
5.
Ketidakpastian model
atau metode pengukuran:
Setiap metode atau model pengukuran memiliki ketidakpastian yang harus
diperhitungkan dalam pengukuran. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor seperti
ketidakpastian dalam nilai referensi atau keberadaan variabilitas dalam sampel
yang di ukur.
6.
Ketidakpastian
manusia:
Ketidakpastian yang disebabkan oleh keterampilan, pengalaman, atau kebiasaan
operator yang melakukan pengukuran. Contohnya adalah kesalahan dalam membaca
instrumen pengukuran atau kesalahan dalam menentukan titik pengukuran yang
tepat.
7.
Ketidakpastian dalam
kalibrasi:
Ketidakpastian dalam kalibrasi instrumen pengukuran dapat mempengaruhi
ketidakpastian dalam hasil pengukuran. Ketidakpastian yang terjadi pada standar
atau alat kalibrasi yang digunakan dalam pengukuran.
8.
Ketidakpastian dalam
pengambilan sampel:
Kesalahan dalam pengambilan sampel dapat menyebabkan ketidakpastian dalam
pengukuran, karena sampel yang tidak representatif dapat menghasilkan hasil
pengukuran yang tidak akurat.
Semua faktor ini harus diperhitungkan,
dengan demikian, hasil pengukuran akan lebih akurat dan dapat diandalkan untuk
digunakan dalam keputusan dan aplikasi yang memerlukan data yang tepat dan
akurat.
Pentingnya Ketidakpastian Pengukuran
Dalam pelajaran Sains khususnya Fisika,
pengukuran selalu di tempatkan pada awal-awal semester. Dan, waktu penyajiannya
setelah materi metode ilmiah. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana, karena
sebagian besar besaran fisis memiliki ukuran dan dapat di ukur.
Akan tetapi, bagaimana mengukur besaran tersebut, menganalisis, melaporkan, dan menyimpulkannya dengan benar tidaklah sesederhana itu. Melakukan itu memerlukan keterampilan, sikap dan pengetahuan khusus, di mana salah satu pondasinya adalah teori ketidakpastian pengukuran. Apa dan bagaimana itu, berikut penjelasannya!
Perhatikan gambar hasil pengukuran berikut!
Menurut Anda, berapa kira-kira hasil pengukurannya?
Apakah 3,6 cm, 3,60 cm, 3,62 cm, 3,63 cm, atau ada yang lainnya. Mana kira-kira
yang benar?
Gambar 1. Hasil pengukuran dengan mistar biasa (tanpa nonius)
Mari kita bahas!
Jika Anda menjawab 3,6 cm, maka artinya,
Anda memastikan bahwa panjang benda adalah pas 3,6 cm. Ini tentu saja keliru,
oleh karena, berdasarkan gambar terlihat jelas, pengukurannya tidak pas 3,6 cm.
Ada lebihnya, besar lebihnya kita tidak tahu. Tapi kita pastikan panjangnya
bukan 3,6 cm pas.
Lalu, kalau Anda menjawab 3,62 cm atau
3,63 cm, apa ini yang benar? Jawabannya masih keliru. Angka 2 dan 3 dari mana
kira-kira di peroleh? Pertanyaan ini mungkin susah Anda jawab, oleh karena
angka 2 dan 3 sepertinya hanya di kira-kira saja. Terus yang benar berapa dong?
Jenis
Ketidakpastian Pengukuran
Ketidakpastian pengukuran dapat di
bedakan menjadi ketidakpastian bersistem dan ketidakpastian rambang (acak).
1. Ketidak pastian Bersistem
Ketidakpastian sistem (systematic
uncertainty) dalam pengukuran merujuk pada jenis ketidakpastian yang disebabkan
oleh ketidaktepatan atau ketidakakuratan instrumen pengukuran atau kesalahan
dalam metode pengukuran yang digunakan.
Selain itu, ketidakpastian sistem
bersifat konstan pada suatu rentang pengukuran dan dapat diidentifikasi serta
dikuantifikasi dengan baik. Ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti
ketidaktepatan kalibrasi instrumen, kesalahan dalam desain instrumen, atau
keterbatasan teknologi.
Contoh dari ketidakpastian sistem adalah
ketidakakuratan pada skala ukur atau ketidaktepatan pada instrumen pengukuran
yang digunakan. Misalnya, penggunaan sebuah alat ukur yang memiliki
ketidaktepatan pada pengukuran yang dihasilkan, dapat menyebabkan
ketidakpastian sistem pada pengukuran tersebut.
Ketidakpastian sistem dapat dikurangi
dengan menggunakan alat ukur yang lebih tepat dan kalibrasi alat ukur secara berkala
untuk memastikan akurasi dan ketepatan pengukuran. Ketika melakukan analisis
ketidakpastian, penting untuk memperhitungkan sumber ketidakpastian sistem
serta sumber ketidakpastian lainnya, seperti ketidakpastian acak dan
ketidakpastian lingkungan, sehingga hasil pengukuran yang dihasilkan dapat
lebih akurat dan dapat diandalkan.
Kesalahan bersistem akan menyebabkan
hasil yang di peroleh menyimpang dari hasil sebenarnya. Sumber-sumber
ketidakpastian bersistem ini antara lain :
a.
Kesalahan kalibrasi alat; dapat di
ketahui dengan membandingkannya dengan alat yang lain.
b.
Kesalahan titik nol (KTN).
c.
Kerusakan komponen alat, misalnya pegas
yang telah lama di pakai sehingga menjadi tidak elastis lagi.
d.
Gesekan.
e.
Kesalahan paralaks.
f.
Kesalahan karena keadaan saat bekerja,
kondisi alat pada saat di kalibrasi berbeda dengan kondisi pada saat alat
bekerja.
2. Ketidakpastian lingkungan
Ketidakpastian lingkungan berkaitan
dengan variasi dalam kondisi lingkungan di mana pengukuran di lakukan.
Faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, tekanan, atau medan elektromagnetik
dapat mempengaruhi hasil pengukuran, dan variasi dalam faktor-faktor ini dapat
menyebabkan ketidakpastian pengukuran.
3. Ketidakpastian Rambang (Acak)
Ketidakpastian acak (atau ketidakpastian
random) berkaitan dengan variasi dalam hasil pengukuran yang di peroleh dari
pengukuran berulang dari suatu objek atau sistem yang sama. Variasi ini mungkin
di sebabkan oleh faktor-faktor seperti ketidakteraturan objek, perubahan
lingkungan seiring waktu, atau kesalahan manusia dalam melakukan pengukuran.
Sumber-sumber ketidakpastian acak ini
antara lain :
1.
Kesalahan menaksir bagian skala
Sumber pertama ketidakpastian pada pengukuran adalah keterbatasan skala alat
ukur. Harga yang lebih kecil dari nilai skala terkecil alat ukur (NST) tidak
dapat lagi di baca, sehingga di lakukan taksiran. Artinya, suatu ketidakpastian
telah menyusup pada hasil pengukuran. Ada 3 (tiga) faktor penentu dalam hal
penaksiran, yaitu:
o Jarak fisis (Physical Distance) antara dua
goresan yang berdekatan.
o Halus atau kasarnya jarum penunjuk.
o Daya pisah (Resolving Power) mata manusia.
2.
Keadaan yang berfluktuasi, artinya
keadaan yang berubah cepat terhadap waktu. Misalnya, kuat arus listrik,
tegangan jala-jala PLN, dan sumber tegangan lain yang selalu berubah-ubah
secara tidak teratur.
3.
Gerak acak (gerak Brown) molekul-molekul
udara. Gerak ini menyebabkan penunjukan jarum dari alat ukur yang sangat halus
menjadi terganggu.
4.
Landasan yang bergetar
5.
Bising (Noise), yaitu gangguan
pada alat elektronik yang berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan karena
komponen alat yang meningkat temperatur kerjanya.
6.
Radiasi latar belakang seperti radiasi
kosmos dari angkasa luar.
Ketiga jenis ketidakpastian ini dapat
saling berinteraksi dan saling mempengaruhi, sehingga penting untuk
mempertimbangkan ketiga jenis ini secara bersamaan ketika melakukan analisis
kesalahan pengukuran
Ketidakpastian pengukuran berdasarkan
jenis pengukurannnya
Ketidakpastian pengukuran berdasarkan jenis
pengukurannnya secara umum dapat di bagi menjadi dua yakni, pengukuran tunggal
dan pengukuran berulang.
1. Ketidakpastian pengukuran tunggal
Ketidakpastian pengukuran tunggal
(kesalahan pengukuran sistematis) adalah ketidakpastian yang di sebabkan oleh
ketidakakuratan atau ketidaktepatan instrumen pengukuran, perubahan lingkungan,
dan faktor-faktor lain yang menyebabkan pengukuran tidak akurat atau tidak
tepat. Selanjutnya kesalahan pengukuran tunggal dapat di hitung dengan mengukur
atau mengestimasi kesalahan instrumen atau peralatan pengukuran dan
memperhitungkan ketidakpastian ini dalam hasil pengukuran.
Contoh dari kesalahan pengukuran tunggal
adalah perbedaan antara skala pada sebuah alat pengukur dan skala standar yang
di gunakan untuk kalibrasi. Perbedaan ini dapat menyebabkan hasil pengukuran
yang tidak akurat.
Untuk mengurangi kesalahan pengukuran
tunggal, dapat di lakukan beberapa langkah seperti memperbaiki atau
mengkalibrasi alat pengukur, menggunakan alat pengukur yang lebih akurat,
memperhatikan lingkungan sekitar tempat pengukuran, dan melakukan pengukuran
dengan hati-hati dan konsisten pada kondisi yang sama.
Penting untuk memperhitungkan
ketidakpastian pengukuran tunggal dalam melakukan pengukuran karena
ketidakpastian ini dapat mempengaruhi hasil pengukuran secara signifikan dan
dapat berdampak pada keputusan yang di buat berdasarkan hasil pengukuran
tersebut. Oleh karena itu, perlu di lakukan upaya untuk meminimalkan kesalahan
pengukuran tunggal untuk memperoleh hasil pengukuran yang lebih akurat dan
dapat di andalkan.
2. Ketidakpastian pengukuran berulang
Ketidakpastian pengukuran berulang (atau
kesalahan pengukuran acak) adalah ketidakpastian yang di sebabkan oleh variasi
hasil pengukuran yang di peroleh dari pengukuran yang di lakukan secara
berulang pada kondisi pengukuran yang sama. Variasi ini di sebabkan oleh
faktor-faktor seperti ketidakakuratan instrumen pengukuran, ketidakpastian
lingkungan, ketidakpastian manusia, dan faktor-faktor lainnya yang menyebabkan
variasi hasil pengukuran.
Untuk menghitung ketidakpastian pengukuran
berulang, dapat di lakukan dengan menghitung simpangan baku atau deviasi
standar dari serangkaian hasil pengukuran. Semakin kecil nilai simpangan baku
atau deviasi standar, semakin kecil kesalahan pengukuran berulang.
Penting untuk memperhitungkan kesalahan
pengukuran berulang dalam melakukan pengukuran karena ketidakpastian ini dapat
mempengaruhi hasil pengukuran secara signifikan. Variasi hasil pengukuran dapat
menyebabkan ketidakpastian dalam keputusan yang di buat berdasarkan hasil
pengukuran tersebut. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil pengukuran yang
lebih akurat dan dapat di andalkan, sebaiknya di lakukan pengukuran sebanyak
mungkin dan di lakukan dengan hati-hati dan konsisten pada kondisi yang sama.
Penulisan Hasil Pengukuran
Sebenarnya secara teoritik ada banyak
penyebab munculnya ketidakpastian pengukuran atau kesalahan dalam pengukuran.
Beberapa diantaranya adalah Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, gesekan, fluktuasi parameter
pengukuran, lingkungan dan keterampilan pengamat. Banyak juga yah!
memahami prinsip dasar dalam menuliskan
hasil pengukuran. Prinsip dasarnya jika di sederhanakan setidaknya ada
tiga, yakni:
1.
Setiap hasil pengukuran harus
mengandung angka pasti dan angka ragu-ragu (taksiran)
2.
Semua hasil pengukuran hanya
boleh terdiri dari satu angka ragu-ragu (taksiran)
3.
Setiap hasil pengukuran harus di
lengkapi dengan ketidakpastian, penulisannya dalam bentuk:
Bagaimana cara menghitung ketidakpastian pengukuran?
Telat disepakati bahwa setiap pengukuran disertai ketidakpastian. Ketidakpastian menyatakan besar simpangan hasil pengukuran dari nilai sebenarnya. Pengukuran pada suatu besaran fisis dinyatakan xo sebagai nilai pendekatan terhadap nilai benar dan ketidakpastian pengukuran dinyatakan sebagai ∆x. Hasil pengukuran dapat dituliskan sebagai berikut :
x= x_(o )± ∆x
a. a. Ketidakpastian Mutlak
Ketidakpastian mutlak pada hasil pengukuran diperoleh dari skala terkecil alat ukur. Jika nilai ketidakpastian mutlak menunjukkan kecil maka ketepatan pada pengukuran tinggi dan berlaku sebaliknya. Apabila dalam pengukuran berulang dilakukan sebanyak n dengan rata-rata (x ) ̅dan xi yaitu pengukuran ke-i. Nilai ketepatan pengukuran ke-i dapat dinyatakan sebagai berikut :
Ketepatan=1-∆x/x
dengan ∆x= |x_i-x ̅ |
Ketidakpastian yang dinyatakan dalam persen adalah ketidakpastian relatif. Ketdakpastian relatif diperoleh dari persamaan berikut :
Ketidakpastian Relatif= ∆x/x x 100%
Apabila semakin kecil persen ketidakpastian relatif,
maka semakin tinggi ketelitian pengukuran dan sebaliknya. Ketelitian diketahui
melalui perhitungan berikut :
Ketelitian (%)=100%-ketidakpastian relatif
Berdasarkan contoh yang diberikan sebelumnya, kita
akan menentukan ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Karena untuk mencari
besar ketidakpastian mutlak (delta x) kita gunakan persamaan untuk pengukuran
tunggal:
dan Nilai Skala Terkecil (NST) mistar
yang di gunakan adalah 0,1 cm, maka besar ketidakpastian mutlaknya adalah:
Dengan demikian maka hasil pengukurannya
dapat di tuliskan dalam bentuk:
L = |3,65 ± 0,05| cm atau,
L = |3,65 ± 0,05| x 10-2 m
Apa makna dari plus-minus dalam
pelaporan hasil pengukuran ini? hmm, sederhananya melalui plus-minus ini
memberikan kita rentang panjang dari benda yang kita ukur. Tanda plus-minus ini
di gunakan untuk mencari rentang pengukurannya. Mudah-mudahan bisa di pahami.
Sehingga hasil pengukuran panjang
benda berada pada rentang 3,60 cm sampai dengan 3,70 cm. Atau panjang benda itu
berada pada rentang 3,60 cm sampai 3,70 cm.
Bagaimana cara mengetahui nilai
kesalahan pengukuran berulang? Untuk mendapatkan nilai kesalahan pengukuran
berulang. Kalian dapat menggunakan persamaan standar deviasi yang dinyatakan
sebagai berikut
dengan,
∆x=Ketidakpastian mutlak
Contoh soal
1. Sebatang tembaga diukur panjangnya dengan mistar berskala mm. Pengukuran dilakukan satu kali dan menghasilkan nilai 56,55. Mistar berskala mm mempunyai skala terkecil 1 mm sehingga
∆x= 1/2 x 1 mm=0,5 mm=0,05 cm
Maka penulisan panjang tembaga adalah :
x= (x_0 ± ∆x)
x=(56,55 ±0,05)cm
https://fisikasyiksm02.blogspot.com
https://www.liveworksheets.com/c?a=s&t=UJq5g3tyW4&sr=n&l=yc&i=sdosodc&r=kz&f=dzdtuuud&ms=uz&cd=p--t8b0zi-9likpnjpjnkcgngnzxxxnxg&mw=hs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar